Pada saat ini sejak kabinet Jokowi dan krisis yang melanda Amerika dan terakhir Eropa secara makro sangat mempengarui tingkat penjualan perusahaan disegala sektor. Khususnya produk-produk yang sekunder, mengalami kemerosotan penjualan yang drastis. Kondisi ini tentu saja membuat perasaan kuatir dan cemas para pengusaha. Hal-hal yang menjadi pemikiran serius adalah re-payment bunga dan pokok pinjaman bank. Bahkan sudah ada beberapa perusahaan yang tak dapat dikendalikan lagi akhirnya bangkrut yang disebabkan antara pinjaman dan kemampuan re-payment tidak seimbang lagi. Karena setiap bulan minus maka pokok modal akhirnya tergerus. Kondisi yang sulit seperti ini mau tidak mau tidak bisa kita hindari tetapi bagaimana menghadapi, dan berupaya bertahan ditengah kesulitan yang cukup pelik seperti ini. Ada beberapa langkah-langkah yang mesti dilakukan.
- Cek jumlah SDM khususnya yang produktif dan tidak produktif untuk segera dialihkan pekerjaannya atau dihentikan aktivitasnya. Bagian itu antara lain bagian pembantu: helper/tukang angkut/ atau bagian pembantu pekerjaan-pekerjaan yang selalu dibutuhkan ketika aktivitas penjualan sangat ramai. Kalau tidak ramai mereka tidak memiliki pekerjaan. Segera hentikan pekerjaan yang bukan pekerjaan inti.
- Cek bagian penjualan yang kurang produktif, apakah ada SDM yang selalu tidak optimal dalam pekerjaannya. Kalau demikian maka sebaiknya memangkasnya dan menggabungkan wilayah penjualan yang tadinya kecil sekarang diperlebar dengan menggabungkan orang-orangnya. Sebagai contoh, seorang pemasar memiliki wilayah A-B (kota) karena tidak produktif, dan wilayahnya juga tidak memberikan kontribusi yang cukup maksimal, maka gabungkan wilayah A- B dengan wilayah C-D. Buat satu orang pemasar saja. Dengan demikian terdapat penghematan biaya operasional marketing. Tapi ingat : hanya untuk wilayah tidak potensial dan salesman/pemasaran yang tidak produktif.
- Cek kembali biaya operasional lainnya yang selama ini cukup membebani dan mulai dibuat hemat. Misalnya biaya telphon, biaya listrik, biaya bahan bakar, dan biaya-biaya lainnya yang harus segera dikendalikan.
- Cek kembali produktivitas produk yang saat ini diperdagangkan. Dengan mengecek produktifitas barang-barang yang diperdagangkan maka perusahaan dapat mengurangi biaya gudang, biaya marketing dan biaya lainnya yang berkaitan dengan produk yang tidak produktif. Tindakan berikut carilah peluang produk lainnya untuk segera menambah atau menggantikan produk yang tidak produktif tersebut. Berlaku untuk trading/distribusi. Sedangkan penghasil produk mulai meluncurkan produk baru yang memiliki peluang lebih besar di pasar.
- Khusus untuk produsen, cek kembali proses produksi di pabrik. Apakah sudah efisien atau masih belum efisien, sebab ketidak- efisienan di pabrik menyebabkan harga pokok penjualan produk (HPP) tidak bersaing dengan baik. Kalau ditilik di bagian produksi seringkali terdapat ketidak efisienan penggunaan bahan baku, pencatatan di proses produksi, waste produk yang tidak diberdayakan, khusus untuk produk tertentu memang waste produk bisa dipakai sebagai bahan baku ulang. Tetapi tidak demikian dengan produk lainnya, waste produk menjadi barang yang harus dimusnakan. Apalagi semua pencatatan dilakukan secara manual dan tidak terintegrasi. Ketidak efisienan di bagian produksi ini bisa diatasi dengan tools yang cukup baik seperti software manufacturing yang informasinya dapat dilihat di link ini software manufacturing .
Memang kondisi krisis tidak saja membuat perusahaan dalam posisi kembang kempis, tetapi harus berpuasa karena profit menurun bahkan minus. Semoga artikel ini dapat bermanfaat. Salam sukses!