Pada saat ekonomi makro sedang buruk tentu saja akan berdampak pada bisnis. Beberapa perusahaan secara rugi laba mengalami penurunan bahkan ada yang minus. Rentetan peristiwa yang dimulai dari menurunnya mata uang Yuan, akibat pemerintah Cina menggelontor Yuan dari devisa yang cukup besar, dan adanya harapan pemerintah bisa lakukan kembali export produk ke manca negara dengan harga yang bersaing menjadi pemicu turunnya index saham gabungan sampai 2,6 persen. Dampak buruk ini semakin meluas dengan semakin turunnya penjualan berbagai produk dalam berbagai jenis usaha sehingga memunculkan kekuatiran para pemilik usaha dari kekuatiran perusahaan bangkrut dari kondisi ekonomi makro ini. Sehingga bagi pengusaha yang ingin selamat segera merapikan manajemennya dan mengupayakan sedikit mungkin kebocoran dan biaya yang tidak rasional. Namun sayangnya keinginan ini tidak diimbangi oleh alat bantu yang bisa mengurangi resiko keuangan perusahaan sehingga perusahaan menjadi bangkrut.
Mengapa demikian? Beberapa perusahaan masih bekerja secara manual, tanpa sistem, serta manajemen usaha perusahaan masih tumpang tindih sehingga sangat rawan sekali akan tindak kejahatan yang dilakukan internal maupun external. Internal sebagai contoh adalah penyelewengan yang dilakukan oleh Finance/Kasir. Sedangkan di external, adanya wanprestasi yang dilakukan pelanggan karena perusahaan kurang memanajemeni piutang penjualan. Beragam persoalan mulai muncul dipermukaan ketika perusahaan sedang mengalami kesulitan, tetapi ketika perusahaan dalam posisi bertumbuh, terhapuslah semua kecurangan, kerugian dan ketidak efisienan. Nah, setelah kondisi ekonomi makro yang berdampak pada operasional perusahaan, maka mulai perusahaan mengalami gangguan. Misalnya perusahaan tidak bisa lagi membayar supplier, perusahaan bahkan sudah tak sanggup lagi membayar gaji karyawan. Begitu banyaknya persoalan yang muncul yang pada akhirnya menuntut pemilik usaha menutup perusahaan.
Lalu bagaimana solusinya dalam berjaga-jaga agar perusahaan tidak bangkrut?
- Tentunya sebaiknya mulai melakukan desain ulang struktur organisasi dengan membuang bagian-bagian yang secara biaya tidak sesuai dengan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan. Misalnya bagian : finishing…bagian ini bisa di sub kon-kan ke tempat lain. Atau tenaga-tenaga yang ada dalam perusahaan yang secara langsung maupun tidak langsung tidak memberikan kontribusi/ revenue stream. Karyawan-karyawan tersebut mau tidak mau dirumahkan, namun tentu saja juga harus menghitung beban pesangon yang cukup besar.
- Mulailah bekerja secara efektif dengan karyawan inti yang tidak dilakukan secara manual tetapi dilakukan dengan alat yang cukup membantu, misalnya menggunakan software accounting. Melalui software ini tentu saja perusahaan dapat mencegah kebocoran keuangan perusahaan. Dengan sistematika yang baik termasuk desain sistem manajemen yang baik diharapkan dengan adanya software accounting dapat mempertahankan perusahaan dari kebangkrutan.
- Lakukan cek terhadap keuangan perusahaan mulai uang masuk dan uang disetor ke bank. Begitu pula dengan pembayaran ke supplier semua itu mulai diperhatikan dan mulai berhati-hati jika membelanjakan uang perusahaan. Kurangi melakukan pembelian yang tidak relevan dengan operasional perusahaan. Serta lakukan penghematan disegala lini agar perusahaan dapat menekan biaya tetapnya.
Dengan demikian diharapkan perusahaan menjadi survive. Apabila informasi ini belum cukup memberikan informasi kepada pembaca, silahkan email ke groedu@gmail.com atau 0818521172 untuk meminta informasi lebih lanjut.