Sebentar lagi tahun 2017 akan kita lewati, berbagai kesulitan di tahun 2017 telah kita lalui, dengan berbagai kesulitan yang telah melanda dan membuat kita terperosok dan bangkit, atau bahkan kita terjatuh dan tidak bangkit lagi. Itulah lika-liku yang sudah kita lalui di tahun 2017. Entah dengan persiapan, kewaspadaan, kejelian dan ketelitian, ataupun paling parah adalah dengan keputusasaan dalam menghadapi tantangan tahun 2017 atau tanpa persiapan sama sekali, tetapi kita bisa melewati semua kesulitan-kesulitan yang kita hadapi. Tahun 2018 kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi baik di dunia bisnis maupun ekonomi, di tengah persiapan pemilihan umum tahun 2019. Tentunya banyak hal yang bisa diramal atau tidak bisa di ramal, tetapi bagaimanapun tahun 2018 akan kita hadapi dan lalui. Apa yang harus kita lakukan di tahun 2018?
Marilah kita belajar dari alam. Belajar dari burung elang ketika menghadapi perubahan dan fenomena alam. Burung Elang selalu mengetahui bahwa ada gejala-gejala munculnya badai yang akan datang menghampirinya sebelum badai itu benar-benar menghantam atau melandanya. Oleh karenanya, ketika burung Elang merasakan bahwa badai akan datang, ia biasanya akan terbang ketempat yang lebih tinggi lalu selanjutnya menunggu badai tersebut datang.
Ketika badai tersebut datang, sang burung tersebut dengan gagahnya membentangkan sayapnya sehingga angin membawanya terbang membubung tinggi di atas badai yang sedang bergelora.
Burung Elang tidak pernah lari dari angin badai yang menerpanya. Dengan berani ia menunggunya dan menghadapinya. Ia akan menunggangi angin badai tersebut (RIDE ON THE WIND) yang akan membawanya ke tempat yang lebih tinggi yang tidak akan bisa dicapainya bila menggunakan tenaganya sendiri.
Belajar dari burung Elang berarti kita diajarkan untuk menghadapi setiap masalah yang rumit sekalipun, dan melebur bersamanya, serta menggunakan hambatan tersebut sebagai peluang, serta menggunakan hambatan tersebut sebagai daya ungkit untuk mencapai suatu keberhasilan. Bukankah burung Elang telah menggunakan hambatan (Badai itu) sebagai daya ungkit, sehingga Ia bisa mendapatkan daya dorong yang begitu kuat seperti yang selama ini tidak bisa lakukan.
Hambatan dan kesulitan serta tantangan di tahun 2018 adalah sebagai sisi yang bisa menjadi daya ungkit yang luar biasa jika kita mau menghadapinya. Jadi apakah kita yang telah terpuruk di tahun 2017 haruskah kita berdiam diri dan tenggelam dengan segala kesulitan? Serta tidak melakukan apapun di tahun 2018? Nampaknya bukan begitu yang kita mau, tahun 2018 sesulit apapun akan menjadi tahun yang “mesti” kita lalui dengan segala persiapan, serta rancang ulang kegagalan di masa lalu, tahun 2017 menjadi hal yang lebih baik agar bisa keluar dari segala kesulitan.
Pernahkah kita melihat film Flight of the Phoenix? Film yang disutradarai oleh John Moore. Dibintangi oleh Dennis Quaid, Tyrese Gibson, dan Hugh Laurie. Mendapat rating cukup tinggi sebesar 6.1/10 di IMDb.Serta apresiasi yang baik di situs rottentomatoes sebesar 30% dengan audience score 40%.Film ini mendapatkan 2 nominasi di berbagai ajang penghargaan film. Apa yang bisa kita ambil mana dari film tersebut? Sebagai seorang pebisnis film ini cukup menginsiprasi jika dihubungkan dengan manajemen perusahaan.
Pada Flight of the Phoenix diceritakan secara detail bagaimana ketika suatu kegagalan itu bisa diulang dan dicoba rancang ulang. Pada saat pesawat kargo C¬119 yang dipiloti oleh Kapten Frank Towns (Dennis Quaid) mengangkut kru tambang yang harus ditutup karena tidak menghasilkan, untuk pulang ke Negara asal, terpaksa harus menerjang badai gurun pasir yang pada akhirnya menyebabkan pesawat C¬119 jatuh dan terdampar di gurun Gobi. Bisa kita bayangkan jika di dalam kru tersebut tidak ada leader yang dapat memecahkan masalah, tentunya nama-nama kru hanya menjadi kenangan.
Sama seperti dalam menghadapi kesulitan dan tantangan dalam bisnis kita, kita selalu dihadapkan oleh konflik yang bisa berasal dari alam, dari diri sendiri maupun dari orang lain. Dalam film diceritakan konflik antara pilot Captain Frank Towns dengan salah satu penumpang, yang bernama Elliott yang merupakan satu-satunya orang yang mengetahui bagaimana cara membangun pesawat baru dari rongsokan pesawat lama. Pilot Frank Towns adalah seorang yang arogan dan tidak mau diperintah oleh orang lain. Sementara itu Elliott merasa dirinya harus dipatuhi oleh semua orang karena kemampuan yang ia miliki. Konflik yang terjadi tentunya sangat mengganggu. Begitu pula dalam manajemen bisnis, kegagalan bisa disebabkan oleh konflik-konflik yang tidak perlu yang terjadi pada pimpinan perusahaan.
Pada Flight of the Phoenix diceritakan pula bahwa jika ingin bertahan hidup mesti menggunakan air dengan cermat, dan dengan persediaan air yang terbatas di tengah gurun pasir yang panas. Pekerjaan membangun pesawat baru berakibat semakin banyaknya jumlah air yang harus dikonsumsi. Saat mereka sedang membangun pesawat baru terjadi beberapa gangguan seperti hujan elektrik, dan badai gurun yang bisa merusak pesawat yang sedang mereka bangun. Suatu ketika badai pasir membuat pesawat mereka tertimbun di dalam pasir. Mengalami hal tersebut mereka hendak menyerah, tetapi karena mereka masih melihat adanya sebuah kesempatan maka merekapun berusaha mengeluarkan pesawat itu dari dalam pasir.
Ilustrasi film diatas secara singkat, ketika pesawat jatuh dan pesawat tidak bisa terbang, sama halnya seperti perusahaan sedang dalam masalah besar sehingga terancam ditutup. Tetapi dalam alur cerita film, ditengah konflik penumpang pesawat dan pilot, Elliott seorang penumpang yang ikut dalam penerbangan itu melihat situasi yang berbeda. Semua penumpang bingung dan gelisah dengan nasib mereka, sementara Elliott sibuk mengecek kondisi pesawat, mulai mesin, bodi pesawat dan komponen pesat lainnya. Elliott sama seperti seorang leader (Manager/Direktur) yang peka terhadap Issue (pokok persoalan) dalam masalah perusahaan. Ia bisa melihat permasalahan dan memecahkan masalah yang terjadi. Dengan merancang ulang pesawat, sama halnya dalam perusahaan seorang Manager/Direktur melakukan desain ulang Manajemen perusahaan agar lebih berhasil dalam mengatasai masalah terjadi di perusahaan. Apabila tahun 2017 perusahaan kita sedang tidak dapat melalui kesulitan dan hambatan di tahun tersebut, maka di tahun 2018 selayaknya mulai merancang ulang manajemen perusahaan agar bisa lebih berhasil di tahun 2018 meskipun hambatan dan tantangan sudah menghadang di depan kita.
Apa yang bisa kita lakukan dengan perusahaan kita? Mulailah merancang ulang desain system manajemen perusahaan dengan baik. Mulai redesain struktur Organisasi, perbaikan Job description mengikuti Issue yang ada, perbaikan job spesifikasi SDM yang fungsional, perbaikan proses bisnis, meningkatkan kinerja SDM dengan penilaian Kinerja yang terstandard dengan KPI (Key Performance Indicator) yang tepat, perbaikan dan pemunculan informasi teknologi di perusahaan agar semua kegiatan yang ada di perusahaan dapat dikalkulasi, dicatat dan dilaporkan dengan baik. Mulai dari aktivitas penjualan, pembelian, inventory, Kas dan Bank, serta laporan keuangan. Mulai membekali SDM perusahaan dengan skill dan Knowledge yang dibutuhkan.
Belajar dari burung Elang yang akan mendayagunakan badai agar ia bisa terbang tinggi sekali, dan tidak mungkin apabila dilakukan sendiri, maka dengan adanya badai ia bisa terbang sangat tinggi dengan bantuan atau daya ungkit sang badai. Begitu pula ketika kita belajar mengambil makna dari jatuhnya pesawat terbang C¬119, maka ketika di tahun 2017 kita tidak berhasil. Maka sebelum tahun 2018 mulailah membuat perencanaan baru agar di tahun 2018 kita lebih berhasil. Dengan merancang ulang tentunya kita akan memiliki harapan baru dalam tahun 2018. Semoga tahun 2018 akan lebih sukses meski tantangan dan hambatan lebih berat. Semoga artikel ini bermanfaat. Serta selamat tahun baru 2018. Tuhan selalu menyertai kita semua)*