Pada bulan kedua tahun 2016 pelambatan ekonomi belum kunjung reda pula, sejak Januari kemarin penjualan diberbagai sektor Industri masih belum pulih benar. Lalu sekarang ini yang menjadi problem merembet tidak hanya di sisi penjualan, tetapi sudah merambah kepada masalah keuangan perusahaan. Bagi perusahaan trading & distribution mengalami kesulitan untuk membayar kepada pemasoknya, sementara itu manufacturing kesulitan untuk membeli bahan baku dalam jumlah besar. Membeli secukupnya tidak menggunakan skala ekonomi lagi, sehingga hasil produksi semakin mahal harganya dan semakin memberatkan  penyalurnya dalam menjual barang. Kesulitan keuangan ini semakin menjadi-jadi ketika para pemilik bisnis sudah terlanjur lama terlena terhadap manajemen perusahaan yang dibenahi. Contoh paling gampang adalah pelitnya membeli software akuntasi yang cukup berkualitas, jika software akutansi berkualitas tentu saja mempengarui harganya. Umumnya mereka beranggapan kalau software bisa beroperasi saja sudah cukup. Namun demikian kelalaian ini menyebabkan kerugian di jangka panjang. Tentu saja karena laporan keuangan tidak lagi dihitung oleh software secara original  dan apa adanya, sebaliknya laporan keuangan dibuat justru dijahit sedemikian rupa sehingga laporan keuangan selama ini menguntungkan. Betapa bobroknya perusahaan sebenarnya tidak pernah diprediksi oleh pemilik usaha. Semua itu karena pemilik usaha acuh tak acuh dengan bagian penting ini. Pemilik usaha selama ini hanya melihat disisi penjualan saja, kalau bisa jual banyak sudah aman, tapi belum tentu.

Akhirnya pada saat penjualan menurun drastis barulah terasa jika sudah banyak hal-hal yang tidak benar di perusahaan sehingga perusahaan mengalami kesulitan dan itu terlambat. Sebagai bahan perenungan, sebaiknya pada saat sulit seperti ini sebaiknya meninjau ulang hal-hal yang berkaitan dengan :

Proses bisnis yang benar diperusahaan apakah sudah benar-benar diterapkan. Jika belum benar, maka mapping proses bisnis ulang sangat diperlukan. Apabila hal ini sudah dilakukan maka lanjutkan dengan tinjau jumlah orang karena dalam proses bisnis ada orang-orang tertentu yang menjalankan proses bisnis tersebut.

Sebaiknya buat dan tinjau struktur organisasi dalam perusahaan. Pangkas bagian-bagian yang tidak efektif dan buatlah fungsi rangkap, karena banyak SDM berarti banyak pengeluaran. Kalau sudah dirapikan secara struktur organisasi dan orang-orang yang menduduki fungsi jabatan tepat maka perusahaan akan semakin slim.

Dokumenkan flow yang ada tersebut agar setiap pergantian karyawan, pemilik usaha tidak perlu lagi susah paya melakukan training ulang. Dokumen seperti SOP, formulir-formulir sangat diperlukan dalam hal ini. Kalau sudah tinjauan ini sudah usai, maka kembalilah ke masalah utama yaitu kesulitan keuangan itu karena apa? Khususnya jika sudah dirapikan semua ternyata masih juga kesulitan keuangan. Nah, selanjutnya pembaca pasti membutuhkan seorang audit external untuk memastikan semua yang berjalan di perusahaan sudah benar. Dari hasil audit akan diketahui berbagai biaya, pendapatan, persediaan dan lain-lain. Dari sini bisa dianalisa, umumnya kesulitan bayar selalu berkorelasi dengan persediaan. Pemilik usaha ternyata tidak sadar bahwa uang miliknya sudah menjadi barang dagangan.  Serta celakanya barang dagangan yang ada tidak bisa dipasarkan alias bad stok. Nah, inilah sumber kesulitan keuangan pertama. Kesulitan keuangan kedua yaitu karena memang modal kerja tidak sebanding dengan omzet atau volume penjualan perusahaan. Kesulitan lainnya, ya karena memang selama beroperasional selain tidak efisien juga banyak kebocoran-kebocoran yang  disebabkan banyak piutang bad debt, baik yang dikemplang ( tidak dibayar) customer juga karena dicuri oleh karyawan. Inilah artikel yang memperingatkan pada setiap pemilik usaha agar berhati-hati dalam menjalankan bisnis.

Semoga artikel ini membantu para pembaca, apabila membutuhkan informasi lebih lanjut beserta bimbingan silahkan hubungi 0818521172 atau email ke groedu@gmail.com. ( Frans M. Royan, SE,MM)