Arsip Tag: Pusat konsultan manajemen

TANTANGAN RITEL HARI INI KHUSUSNYA DI ERA DIGITAL

Hari ini dunia sedang dihadapkan dengan pergeseran tren pembelian masyarakat dari offline ke online. Akibat pergeseran tersebut membuat banyak toko ritel bangkrut. Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Tutum Rahanta mengatakan kemajuan teknologi tidak bisa menolak akan hal itu. “Sekali lagi kami bukan anti dari kemajuan itu sendiri. Bahkan presiden kita mengkampanyekan digitalisasi. Semua serba digital dan online. Dengan kemajuan ini, jangan sampai kita lupa bahwa kita harus masuk menjadi pemain, jangan hanya jadi penonton,” katanya.
Perubahan ini menurutnya masih menjadi kompetisi yang tidak adil sehingga harus dilakukan pemerataan agar semua pihak bisa turut berkompetisi dan akan menjadi masalah jika ada pengusaha ritel yang gagal untuk bersaing dan membuatnya bangkrut. Hal ini membuat banyak pihak yakni pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha untuk saling berkaca mengenai persaingan ekonomi, perubahan perilaku konsumen dan kemajuan teknologi. Setidaknya ada beberapa tantangan besar yang harus dihadapi peritel dalam persaingan ritel saat ini, berikut penjelasannya.


Pergeseran tren belanja masyarakat
Dekan dan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI), Prof. Ari Kuncoro menyampaikan bahwa terdapat pergeseran tren belanja masyarakat. Ia menyatakan bahwa mall tidak lagi dijadikan sebagai tempat belanja, melainkan tempat masyarakat untuk mencari hiburan lain. Perubahan preferensi ini beliau amati terjadi sejak tahun 2015. Beliau juga mengatakan bahwa motor dari sebuah perekonomian suatu kota sangat dipengaruhi oleh pembeli-pembeli kelas menengah. Seperti pada fenomena lebaran, zaman dahulu orang-orang berlomba-lomba untuk membeli baju baru dan membeli di toko ritel untuk dibawa ke kampung. Sekarang terjadi pergeseran dimana orang-orang juga lebih memilih untuk membagikan uang kepada sanak saudaranya di kampung, ketimbang membagi-bagikan baju.
Padahal toko-toko ritel itu itu sempat berjaya dari tahun 2010 hingga 2012 dan banyak orang kaya baru yang bermunculan dengan gaya hidup membeli barang di toko-toko ternama. “Dampak dari tingginya ekspor menciptakan banyak orang kaya baru, hal ini kemudian dikonversikan menjadi properti, sehingga kota besar menjadi semakin makmur,” jelas Prof. Ari. Selain itu, kemacetan di kota-kota besar seperti DKI Jakarta juga menjadi salah satu faktor mengapa online store sangat diandalkan oleh masyarakat. Menurut konsumen zaman sekarang, mall bisa menghabiskan waktu mereka hanya untuk membeli suatu barang, “Bahwa memang untuk ritel berkembang harus didukung dengan transportasi perkotaan yang efisien, kalau tidak mereka akan beralih ke sekitar rumah saja dan tentunya ke online store,” jelas Prof. Ari.

Regulasi dan andil pemerintah terhadap ritel online
Keadaan negara hari ini nyatanya pemerintah selalu kalah cepat dengan kemajuan bisnis on line saat ini. Kita dihadapkan dengan keadaan bisnis online yang masih Unregulated, unsupervice dan free. Keadaan toko online yang belum terdapat regulasi mengakibatkan toko bisnis online bisa untuk tidak membayar pajak dan membuat persaingan bisnis antara bisnis toko online dan toko retail menjadi tidak sehat. Seharusnya pemerintah harus membuat regulasi untuk dinamika bisnis yang seperti ini. Tidak hanya untuk menyehatkan pasar tetapi juga bisa untuk mendapatkan keuntungan dari pajak.
Keadaan yang seperti ini juga terjadi di bisnis transportasi antara taksi online dan taksi konvensional. Pemerintah harus memperbaiki kualitas keduanya agar mampu bersaing dan sebanding. Perlu dilakukan pembenahan terkait standar mobil yang digunakan taksi atau angkutan konvensional sampai pada perekrutan supir harus disejajarkan antara taksi konvensional dan taksi online. Wajar jika sampai toko retail saat ini gagal bersaing karena jika dilihat dari persaingan bisnis terdapat hal yang kurang adil terkait dengan preferensi dan aturan yang berbeda. Ketertinggalan pemerintah dalam meregulasi kemajuan bisnis dan teknologi menjadi tanda bahwa pemerintah masih harus terus belajar dan publik juga dihimbau untuk terus memberikan masukan dan saran kepada pemerintah.

Belum dilakukannya pemetaan terhadap data ritel online
Sebagai pelaku usaha yang menjadikan internet sebagai medianya, tentu ritel online mengandalkan data-data yang menjadi sumber daya mereka dalam menjalankan usahanya. Namun pemerintah masih belum dapat membendung regulasi mengenai data yang dimiliki oleh ritel-ritel online ini. Data ini sangat diperlukan untuk melakukan pemetaan dan perencanaan. Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah juga bagi pemerintah dalam melakukan regulasi. Menurut Prof. Ali, Indonesia harus memanfaatkan potensi analisis data ini. Dahulu, toko ritel bisa membuat data dengan berbasis statistik dan survey saja, “Namun zaman sekarang, data ini masih menjadi pertanyaan, apakah dalam bentuk platform, provider, data itu bisa saja ditahan oleh satu perusahaan,” ujarnya.
“Bagaimana nanti ekonomi yang digital ini bisa diberikan perencanaan dan sudah dipikirkan dampak positif dan negatif dari sudut pandang ekonomi, karena ini menjadi hal yang baru di tengah masyarakat,” jelasnya. Ia menjelaskan bahwa SDM yang mampu menguasai big data analysis untuk mengidentifikasi dan memetakan pelaku usaha online ini sangat dibutuhkan. Sebagai akademisi, Prof. Ali dalam hal ini menghimbau, bahwa perlu adanya kurikulum dalam perguruan tinggi yang mempelajari big data analysis, tak hanya di Fakultas Ilmu Komputer saja, namun fakultas-fakultas lainnya.
Perlunya sinergi antara UMKM dan pelaku usaha besar
Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan, Jaringan Pengusaha Nasional (JAPNAS), Masbukhin Pradana menyatakan bahwa bagi warga yang berwirausaha, harus terus mengejar teknologi yang terus berkembang. Menurutnya, dua hingga tiga tahun lagi eranya akan terus berubah, terlebih dengan jaringan internet yang sekarang sudah 4G, ia mencontohkan bahwa perubahannya sangat intens jika akan ada 5G. Hal ini berpengaruh, karena kemajuan teknologi membuat perubahan bisnis berubah secara signifikan.“Jangan sampai yang besar memakan yang kecil, mereka harus bersinergi untuk mampu bersaing secara sehat,” jelasnya. Ia mengatakan bahwa tidak mungkin pelaku usaha bermain sendiri, ia harus bersinergi dan bekerja sama dengan pelaku-pelaku usaha lainnya. Solusi yang ia tawarkan juga menghimbau bahwa jika ada peluang kerjasama antara pelaku bisnis yang besar maupun kecil, harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Ia juga setuju bahwa transformasi toko ritel harus mengikuti perkembangan digital bagi pelanggannya. “Memang bisnis model online tidak bisa dipungkiri lagi dan toko ritel harus masuk kedalamnya, saya bisa katakan bahwa semuanya memang sudah harus wajib beralih menjadi online,” jelas Masbukhin.

Persaingan iklan di televisi
VP Operations Sigi Kaca Pariwara, Ridho Marpaung juga sempat memaparkan bahwa dari data yang ia miliki, tren pemain bisnis online akan terus mengalami peningkatan. “Saat ini tercatat ada 16 pemain ritel online di tahun 2017 yang berbelanja iklan di televisi. Dari 16, terdapat 8 pemain ritel online yang belanja iklan secara total jauh lebih besar daripada total belanja iklan offline store. Potensinya terus menaik,” ujarnya. Menurutnya, satu perusahaan online atau e-commerce bisa melakukan transaksi sebesar Rp. 1 Triliun per bulan. Ia juga memaparkan sejumlah data yang mengatakan bahwa belanja iklan televisi department store mengalami penurunan 50 persen dibanding tahun sebelumnya. Ia menuturkan bahwa perlu dilakukan adanya perubahan seperti yang dilakukan oleh Matahari, dengan andalan online store-nya. “Jangan sampai masyarakat juga tidak diberikan kesempatan dan peluang untuk berwirausaha, saya kira pemerintah perlu menyikapi hal ini, sehingga terjadi keseimbangan persaingan ekonomi yang sehat,” tutupnya.
Ingin perusahaan ritel anda langgeng dan bertahan lama dan meningkat secara penjualan, silahkan dirapikan dengan manajemen autopilot, atau Strategi Omnni Channel. Kontak kami di 081-252-982900 (wa) atau email ke groedu@gmail.com. Kami siap membantu anda.